Kamis, 29 Agustus 2013

Wish The Best For You, Mas.

here

"Kamu tuh jadi cewek kok jorok."

Itu adalah kalimat dengan aksen Jawa yang akan selalu saya ingat darinya. Jorok dalam artian kerjaan saya yang waktu dulu masih berantakan, meja kerja yang berantakan (sampe sekarang hehe), nyuntik tinta ke cartridge selalu belepotan, yah...hal-hal semacam itu dimana dia - yang dulu saya panggil 'Pak' kemudian seiring berjalannya waktu saya memanggilnya 'Mas' - selalu bilang saya jorok.

Saya di tempat ini belum lama, tapi dia sudah beberapa tahun lebih dulu dari saya. Mengenal dia selama kurang lebih empat tahun menjadikan kami seperti bukan lagi hanya sebagai rekan kerja, melainkan keluarga, seorang abang - setidaknya untuk saya. Dia, orang pertama yang mengantar saya pulang ke rumah, pada saat saya tidak ada tebengan.

Sedikit banyak, saya sering curhat ke beliau (Maturnuwun sanget Mas udah mau jadi 'tempat sampah' dari curhatan cengeng saya). Dan banyak hal yang saya pelajari darinya, perihal yang bersangkutan dengan pekerjaan. Photoshop, dimana tadinya saya benar-benar buta aplikasi edit foto itu. 

Dia juga tempat saya banyak tanya-tanya saat saya masih terhitung karyawan baru dan awam dan sedang menggantikan salah satu karyawan (sepupu saya) yang sedang cuti melahirkan, di mana saat itu saya belum begitu berhubungan baik dengan atasan dan orang-orang di kantor. 

Nggak akan ada lagi yang iseng mencoba mencabuti bulu-bulu halus di tangan saya. Nggak akan ada lagi yang mencomot makan siang saya, nggak akan ada lagi saingan suara speaker untuk stel musik setiap lembur (dan kamu selalu menang, Mas. Speakermu bagus, kenapa nggak kamu wariskan ke saya? huh)

Banyak sekali rasanya yang ingin saya tumpahkan di sini, tentang dia yang tadinya tidak saya kenal. Dia yang tadinya bukan siapa-siapa. Kini menjadi siapa-siapa, menjadi rekan, menjadi teman, menjadi kakak.

Sekarang kamu pergi Mas, meninggalkan gedung ini, meninggalkan saya yang pernah kamu didik. Saya akan benar-benar merindukan sosokmu Mas. Saya juga akan kangen dengan semua celetukkan-celetukkan pedasmu. 

Apapun langkah yang kamu ambil, Mas. I always hope that will be the best way, or at least, a better way than before.

Wish you luck, Brother.

See you in another time, Mas.




Jumat, 23 Agustus 2013

Plans of The Life

Postingan kali ini gue buat berdasarkan sebuah pertanyaan dari seorang teman, "Memangnya apa sih rencana hidup lo?"

Jawaban gue, banyak.

Well, kita hidup hanya sekali kan? Jadi buatlah rencana hidup sebanyak mungkin. Karena buat gue, hidup tanpa rencana itu kayak hidup seperti zombie. Nggak ada rencana, nggak punya rencana, nggak ada tujuan.

Jadi apa saja rencana hidup gue :

1. Rencananya, gue mau kerja setelah sekolah. 
Rencana yang ini udah kesampean, walaupun pekerjaan yang gue dapat belum sesuai dengan minat dan mimpi gue. Setidaknya, rencana untuk bekerja sudah tercapai.

2. Rencananya, gue mau kuliah.
Yang ini sedang proses. Yep, besok tanggal 24 Agustus 2013, rencana gue yang nomer dua ini segera berlangsung.

3. Rencananya, setelah lulus kuliah, mau cari pekerjaan yang sesuai minat.
Memangnya apa sih minat gue? Cita-cita gue? Minat gue adalah jurnalis. Cita-cita gue keliling dunia sebagai jurnalis. Dan gue tau, untuk memenuhi minat dan mencapai cita-cita gue nggak semudah beli gorengan. Butuh proses, perjuangan, pengorbanan dan waktu yang nggak sebentar.

4. Rencananya, selain (nanti) sebagai jurnalis, gue pengen jadi penulis..
Nulisnyanya sih setiap hari, imajinasinya mampir juga hampir setiap hari, tapi mungkin memang belum waktunya aja tulisan gue cetak. Penolakan dari penerbit udah gue terima, bukan berarti setelah penolakan itu gue nyerah. Nggak lah. Dari penolakan itu gue tau, gue masih harus belajar lagi untuk nulis tulisan yang enak dikonsumsi, bukan cuma enak dibaca.

5. Rencananya, gue mau buka toko buku atau buka perusahaan penerbit.
Simbol dan bentuk kecintaan gue terhadap baca dan nulis. Rencana yang masih 50:50 sih. Karena rencana yang nomer lima ini rencananya akan dilihat perkembangan dari rencana-rencana nomer-nomer sebelumnya...jadi...ya begitulah.

6. Rencananya, setelah punya tabungan yang cukup, mau beli rumah. 
Rumah dengan design wood. Simple, warm and comfort. Nggak perlu besar, yang penting halamannya cukup untuk besar.

7. Rencananya, gue pengen pergi haji bareng Orang tua.
Tapi memang rejekinya untuk orang tua dulu. jadi setelah orang tua, mungkin gue, beberapa tahun kemudiannya. Setelah gue siap.

8. Rencananya, gue pengen bertualang.
Sendiri. Ke kota atau negara yang asing. Dimana nggak ada satu pun orang yang kenal gue atau pun sebaliknya. Tapi nggak yakin, orang tua bakal ngijinin sekali pun gue bisa lima bahasa asing.

9. Rencananya, gue pengen tinggal dalam beberapa waktu di London.
Kenapa London, gue suka London. Dari logat British-nya, dari suasananya, dan karena stasiun King's Cross ada di London. Pengen banget ngerasain musim dingin di London. Salju. Mungkin cari kerja sampingan. Mengorek kebudayaan mereka.

Sampai saat ini, baru sembilan rencana di atas yang berputar terus-terusan di dalam kepala gue.

Pernah ada yang tanya, setelah gue kasi tau apa saja rencana hidup gue sebelum gue mati. "Kenapa nggak ada rencana untuk berkeluarga? Nikah gitu?"

Gue senyum tipis ngedenger pertanyaannya. 

Tadinya gue pernah punya rencana untuk nikah muda. Yes, it WAS. Tapi setelah 'sesuatu hal' yang terjadi dalam hidup gue beberapa waktu yang lalu yang membuat gue melek, membuka mata gue lebar-lebar, tujuan kita hidup bukan cuma sekedar untuk menikah, kan? Kalau memang tujuan dari hidup semata-mata karena soal nikah, lalu kenapa banyak orang yang bercerai setelah menikah?? 
Lahir, sekolah, kuliah, kerja, nikah, lalu beranak cucu, then rest in peace? Lalu dimana makna 'hidup'nya?

Masing-masing orang mempunyai pandangannya sendiri-sendiri terhadap pernikahan. Kenapa gue nggak memasukkan pernikahan ke dalam rencana hidup gue? Karena bagi gue, pernikahan itu biar Tuhan yang mengaturnya untuk gue. Gue pribadi belum siap memenjarakan impian gue di dalam rumah tangga. Belum waktunya. Jadi bukannya gue nggak mau menikah, bukannya gue nggak mau memasukkan 'pernikahan' sebagai rencana hidup, tapi gue menyerahkannya pada Tuhan, biar Dia yang penjadi perencana dan pengatur untuk pernikahan gue kelak. :)

So, what your life's plan?






Jumat, 16 Agustus 2013

Mereka Pikir Gue Nggak Bisa.

Gue memang sepertinya lahir untuk menjalani hidup gue sebagai perempuan tomboy. Dan gue senang, selama gue masih tetap normal dan tetap berkodrat seperti layaknya perempuan. Tulisan kali ini terilham dari beberapa teman dan keluarga yang memberikan pertanyaan "Memangnya kamu bisa?" atau "Gue nggak yakin lo bisa." atas sesuatu hal yang menyangkut soal 'perempuan banget.'




Diantaranya adalah :

~High Heels.~
Jangan pikir karena gue lebih sering mengenakan sepatu Converse dari pada wedges, bukan berarti gue nggak bisa berjalan dengan High Heels, ya. Oh yeah...gue bisa pake High Heels dan berjalan dengan baik dengannya. Hanya saja jika ada pilihan High Heels atau kets, sudah pasti dijamin gue langsung memilih kets. 

Kenapa? Karena bagi kaki gue, High Heels nggak nyaman. Gue bisa berjalan dengan baik mengenakan high heels, tapi tidak bisa berjalan cepat secepat mengenakan kets. Gue tetap bisa naik-turun tangga dengan mengenakan high heels, tapi butuh waktu sedikit lebih lama, tidak seperti saat mengenakan kets, gue bisa melengkahi dua anak tangga sekaligus.

Olga aja bisa pake High Heels, kenapa gue nggak.

~Dress.~
Siapa bilang gue alergi dress? Siapa bilang gue nggak pernah pake dress. Kalo dibilang gue nggak punya dress, nah, itu baru betul.

Gue yang tomboy keren ini pun pernah mengenakan dress warna hitam lengkap dengan bolero dan high heels. Hal itu gue lakukan guna mengikuti sesi foto-foto untuk album kenangan SMA. Dimana saat itu temanya adalah Gothic. 

~Make Up.~
Gue nggak bisa make up? Oh tenaaang sodara-soadara. Gue bisa pake foundation, gue selalu pake pelembab dan bedak, dan kalau perlu, gue pake ayeliner, eyeshadow serta mascara. Dan juga blush on kalo gue lagi mood. 

Setomboy-tomboynya gue, gue tetep ber-make up kalo kondangan.

~Melakukan Ibadah Sunah.~
Dari luar mungkin gue terlihat cuek, tapi gue nggak akan sebut diri gue alim apa lagi suci. Dosaaa gue lebih banyak kayaknya. Tapi kalo dipikir seseorang seperti gue nggak pernah ibadah sunah, well, gue cuma bisa senyum. Hanya Tuhan yang tau. Gue juga nggak mungkin ngumumin kalau misalnya gue abis ibadah sunah, kan? Cukup antara gue dan Tuhan aja. :)

Ibadah sunah adalah satu-satunya cara gue untuk tetap balance menjalani hidup gue.

~Masak.~
Hey, biar bagaimana pun, gue ini tetap wanita tulen. Udah jadi kodratnya setiap perempuan itu harus bisa masak. Ya, gue bisa masak. Walaupun belum sehebat ibu, setidaknya masakan gue masih bisa ketelen dan dicerna baik di dalam perut.

Kalau ada yang berfikir gue cuma bisa masak mie goreng/rebus dan masak air doang, gue nggak masalah. Toh gue juga nggak akan masak untuk mereka.

~Nangis.~
Sekeras-kerasnya gue dan sekuat-kuatnya gue, tetep, gue ini cuma manusia biasa. Yang bisa nangis bahkan sampe mata bengkak. Ya.

~Lembut.~
Selama ini yang mereka tahu gue ini, galak, kasar, jutek, sinis. Easy guys...gue juga bisa menjadi lembut layaknya seorang perempuan paling feminin sekali pun. Tergantung orangnya dan tergantung situasinya. Muehehehe...

~Bangun Pagi.~
Putri Tidur. Itu sebutan orang rumah untuk menjuluki gue. Istilah catiknya adalah tukang tidur. Ibu bilang, gue kalo disuruh tidur susahnya minta ampun. Tapi begitu udah tidur malah kayak orang mati. 

Gue bisa kok bangun pagi. Pagi-pagi buta. Contohnya, waktu masih SMA dulu, setiap hari sekolah gue selalu bangun jam setengah lima pagi. Masak air mandi, siapin seragam yang bakal gue pake, kadang-kadang bikin bekel sendiri dan nyiapin sarapan sendiri. Jam 6 pagi gue udah berangkat, bahkan terkadang Bapa belom bangun tidur.

Sekarang pun, jika memang harus bangun pagi, gue bisa aja. Tergantung kepentingan apa yang mengharuskan gue untuk bangun sepagi itu.

~Nggak Tidur.~
Setukang tidurnya gue, gue malah sering nggak tidur. Terutama kalu hari libur. Yang gue lakukan adalan nonton berkaset-kaset dvd, dan nulis sampe pagi, trus nonton lagi trus nulis lagi atau main game. 

Bapa justru senang kalau hari libur, karena rumah pasti aman karena ada satpam gratisnya (baca: gue).

Dan beberapa hal lainnya yang mereka pikir mustahil gue lakukan, justru gue bisa gue lakukan.

So, what do you think of me? Think again ;)





Rabu, 14 Agustus 2013

Masih punya muka, rupanya.

Tau keledai, kan? Salah satu jenis hewan yang selalu diibaratkan untuk penggambaran sesuatu yang bodoh. "Jangan seperti keledai, selalu jatuh pada lubang yang sama." Begitulah kira-kira bunyinya. Aku pribadi, sama sekali tidak mau seperti perumpamaan keledai itu. Aku ingin menjadi aku yang berubah setiap harinya. Bukan berubah jati diri. Sama sekali bukan, melainkan merubah diriku untuk memperbaiki diriku setiap harinya. Aku tidak ingin menjadi seperti diriku yang kemarin. Melakukan kesalahan, dan melakukannya lagi di hari berikutnya. Tidak.

Tapi malam tadi aku menjadi saksi, bahwa sepertinya kau terlalu tidak mengerti bagaimana aku muak terhadapmu. How dare you came to my house last night? How dare you met my parents after all your statement about them? Dan berani kau bilang "Itu yang di kamar sombong banget."
Apa kau tidak dapat membedakan mana yang sombong dan mana yang muak?? Aku muak, asal kau tau.

Kalau saja bapak tidak memanggilku, aku tidak akan pernah keluar dari kamarku untuk menemuimu. 

Ya, ya, aku tau niatmu hanya untuk minta maaf dalam suasana lebaran, tapi apa kau tidak mengerti juga, aku sudah memaafkanmu, bahkan orang tuaku sudah tidak memikirkan lagi bagaimana perkataanmu dulu. Tapi bukan berarti kami menjadi open denganmu, ya. Kalau niatmu adalah karena Lebaranan, silahkan, namun jika kau mengharapkan lebih, kau tidak akan mendapatkannya. 

Jujur saja, atas semua perkataanmu dulu dan kebebelan otakmu dulu, rasa simpatikku hilang. Begitu pun dengan orang tuaku. Pikir saja, mana ada seorang anak yang tahan jika orang tua - terutama ibunya - dijelekan oleh seseorang yang tidak tahu apapun tentang keluarga tersebut. Tapi baiklah, aku sudah memaafkanmu, tapi bukan berarti aku melupakannya.

Jadi jika kau meminta maaf, ya aku maafkan. Namun jika kau meminta lebih, maka kau hanya membuang-buang waktumu saja.

Ah ya, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku perihal pernikahanmu?




Senin, 12 Agustus 2013

So What?

Entah harus bicara dengan bahasa apa lagi denganmu. Apa kau tidak bisa lagi mencerna kalimat Bahasa Indonesia? Apa aku harus menghadiahimu Kamus Besar Bahasa Indonesia? Apa kau tidak lagi mengerti dengan kalimat "Aku Tidak Perduli Lagi." dan "Aku dan Kamu Sudah Selesai."

Aku sama sekali tidak pernah mengerti dengan pola pikirmu yang terlalu rumit dan menyusahkan. Ups, sorry to say that. But honestly, you're very disturbing me.

Now you came back again in the very new tidings that you are married. Whooa, congratulation! But honestly,  I really don't care. Ck. Well, thanks God finally you got your dream to married in the young age. But, did you think you should told me? Fella, for God's sake, you don't have to. Because I said, I DON'T CARE!

But for me it's sound so funny. Why? Because, let me remind you once again:

First, after we broke up, you said that you wouldn't find another girl.

Second, you told me that all woman in this universe are dog! (what the hell are you thinking??!)

Third, you said that you'll gonna destroyed all woman. (Hey, who do you think you are?! God??)

Fourth, you said that all woman are jerk. (Sigh! So, you think you are a holy man??)

And now, let see...you're married, hey, you still married with a women, right??

That's why I said you are funny, because for all your rude words about woman, you end up marrying a woman. Does is it funny??

Now you pronounce you're married to me. Sigh, what the hell I care about? What I suppose to do? Crying? Huuuft.

For your information, when the first time I heard about it, the first word that came out of my mouth was "Alhamdulillah."

I hope you could find your life with your wife. Hope you never ever again show and disturb my life

But after a couple days after your tidings of your marriage, you mention me at twitter that you miss me. WHAT THE HELL!! Do you forget that you have married?? Or...you're just pretend about your marriage? Pffft, if its true that you're just pretend, for God's sake, I don't know how I suppose to avoid you. And I believe that somethin' wrong with your brain. 

The point is I DON'T CARE. You tore my heart, you ruin my life, you took a lot of me, you insulted my family and the last you hit me. The pain in my cheek was nothing compared to the pain that you gave in my heart.

Maybe I forgiving you, but, I never forget what you did to me and how you ruin my future. But I wouldn't expecting you again. I still deserve get my future, but not with you!