Selasa, 24 September 2013

SEHAT itu MAHAL

here
Kuping gue sebelah budek. Yang terdengar cuma bunyi dengung seperti ada lebah yang berkeliaran di dalamnya. Huh, menyebalkan sekali! Dan yang membuat hal ini luar biasa menyebalkan adalah; orang-orang di kantor mendadak sepertinya mempunyai suara yang cempreng. Baik laki-laki atau pun perempuan. Mendadak semua hal yang bersuara dan berbunyi menghasilkan bunyi dua kali lipat....bukan, tapi empat kali lipat menghasilkan suara yang luar biasa memekakkan telinga gue yang aktif. Damn!

Dan paling gue benci disaat seperti ini adalah suara telepon yang berdering. Terutama suara telepon di meja gue. Rasanya pengen gue taro di dalam laci aja atau gue pasang alat peredam suara aja kali.

Banyak yang kasih saran untuk ke THT, tapi...ini kan sekedar masuk angin (kata mamah), nanti juga hilang dengungnya (kata mamah lagi). Iya, gue juga udah sering kayak gini, budek sebelah gini karena masuk angin. Tapi kayaknya kelewat sering, dan lama-lama bikin muak.

Gue bener-bener kangen dengan aktifisasi (preet) kedua kuping gue. Nggak ada penghalang untuk mendengar, nggak perlu menajamkan dua kali lipat satu telinga untuk menangkap bunyi. I miss being health :"(

Tapi terkadang kalau lagi sehat, gue suka lupa. Iya, lupa untuk makan tepat waktu atau malah kadang lupa untuk makan. Lupa untuk nggak mandi kelewat malem. Lupa untuk mengarahkan arah kipas angin ke tembok bukan langsung ke badan. Sekarang, kalo udah seperti ini, yang bisa gue inget adalah kelupaan-kelupaan dan keteledoran gue semasa sehat.

"Sehat itu mahal broooo...." ujar seseorang kepada gue beberapa waktu yang lalu sebelum kuping sebelah kiri gue berdengung seperti ini.

"Iyeeeee." jawab gue sekenanya, dan tetap tidak mengindahkan kata-katanya agar gue makan siang.

Iya, SEHAT itu MAHAL. (kalau kau tahu maksudnya).







Senin, 09 September 2013

"Mungkin Belum Ketemu."


here

"Tapi lu hebat, bertahan karna percaya cinta. Gua? Ck, gua ga percaya lagi masa."
"Belom dapet yang pas."

***

Begitulah kata seorang sahabat dalam pesan singkat kami di malam hari kala itu. Saat kubilang, aku tidak percaya lagi dengan cinta, I really meant it. Setelah yang terakhir begitu menyakitkan, aku sanksi, apa ada cinta yang benar-benar suci? Apa ada cinta yang benar-benar tulus? Apa ada cinta yang tanpa menuntut? Apa ada cinta yang tanpa menyakiti? Apa ada cinta yang tidak mengekang? Apa ada cinta yang tidak berburuk sangka? Apa ada cinta tanpa dosa?

Ah, cinta. Satu kata yang terlihat simpel. Tapi memiliki sejuta makna yang tidak pernah kumengerti. Cinta benar-benar sesuatu yang abstrak yang benar-benar tidak pernah kurasakan lagi di mana letak kehadirannya dalam hidup? 

Aku tidak percaya lagi. Ya, memang. Bagiku itu hanya omong kosong saja. Omongan yang diucapkan saat logikamu tidak sehat. Padahal dalam hidup, selama kau hidup, logikamu harus terus berjalan agar menjagamu dari segala kegilaan dunia yang akan menyesatkanmu.

Saat logikamu rusak atau dirusak dan kau bilang tentang cinta, percayalah, saat kau tersadar kau akan gamlang. Apa yang kau tahu soal cinta itu? Tidak ada. Yang ada hanya tuntutan, paksaan, air mata yang kau namakan atas cinta. Ck, jadi itu cinta? 

"Belom dapet yang pas." Dia bilang. Ada sederet tawa jenaka setelahnya, tapi aku tahu, di seberang sana dia bersungguh-sungguh.

'Pas' mungkin dalam artian: cocok; baik; benar...entah apalagi.

Hei, tenang saja, aku masih normal.

Aku masih tersipu melihat teman sekelasku dalam mata kuliah Kewarganegaraan di kampus yang tampannya luar biasa. Aku masih berharap bertemu dengan dia saat mata kuliah tersebut, saat jam istirahat, saat pulang, atau bahkan hanya sekedar berpapasan. Ya, aku menyukainya, menyukai teman baruku itu. Tapi tidak cinta. Bukan cinta.

Mungkin kalimat yang tepat adalah "Belum ketemu."

Belum ketemu; bertemu; menemukan dia. Atau ditemukan oleh-Nya dengan dia. Dia yang masih absurd dalam masa depan yang belum terlihat, karena aku bukan peramal dan aku tidak percaya pada tukang ramal. Dia yang suatu hari nanti dengan caranya tanpa tuntutan, paksaan dan air mata memberikanku lagi keyakinan pada hatiku. Dan jika memang dia bisa, dia bisa mejelaskan dan menunjukkan bahwa cinta itu bukan omong kosong seperti yang kulihat.

Jadi sekarang, saat ini dan entah sampai kapan waktu membawaku berputar, aku belum menemukannya dan aku belum ditemukannya.