Minggu, 09 Juni 2013

Nggak Ada Gunanya.

here
Baru saja aku kembali mengecek email dari smartphone kesayangan. Berniat akan menghapus email-email masuk yang tidak penting dan tidak terlalu penting untuk disimpan. Satu per satu aku telusuri email-email itu dan mataku tiba-tiba terpaku pada namamu dalam inbox, dengan subjek email yang menurutku terlalu mendayu-dayu untuk diucapkan seorang laki-laki. Tadinya ingin langsung kuhapus saja, tapi akhirnya aku baca dahulu, bukan karena kangen atau apa lah, tapi karena penasaran dengan isi yang kau kirim. Penasaran dengan kata-kata melankolis apa lagi yang akan kau usahakan untuk menarikku lagi. Dan, hah, dugaanku tepat, kata-katamu sangat bisa kutebak, Tuan! Dan maaf, hatiku ini sudah terlanjur rapat untuk terbuka kembali apa lagi menerimamu kembali.

Kau bilang ingin seperti dulu lagi? Balikan lagi maksudmu? Ck, apa tidak salah? Kau ingin balikan lagi dengan perempuan yang sudah kau tampar ini? Kau ingin balikan lagi dengan perempuan yang sudah kau rendahkan serendah-rendahnya ini? Kau ingin balikan lagi dengan perempuan yang sudah kau anggap seperti hewan menggonggong ini? Kau ingin balikan lagi dengan perempuan yang keluarga berengsek ini? Apa kau sudah lupa dengan status-status yang kau tulis dulu di twitter?

Ck, ya, aku masih ingat semua, se-mu-a, status-statusmu di akun twitter. Semua kata-kata yang tidak pantas untuk kau lontarkan itu. Ya, aku memang sudah memaafkan semuanya. Tapi aku tidak akan bisa melupakannya. Dan tahu-tahu melalui emailku, kau mengirimkan semua tulisan itu. Kata-kata mellow, mendayu-dayu dan menyedihkan itu untuk kembali membuatku melihatmu dan menerimamu lagi. Oh, aku sudah tidak akan pernah mau untuk kembali melangkahkan kakiku kepadamu. Lagi pula, untuk apa sih kau memintaku kembali? Untuk kembali menggores hatiku? Untuk kembali menguji kesabaran yang dulu pernah kuberikan? Untuk kembali merendahkanku? Untuk kembali mengata-ngatai aku dan keluargaku? TIDAK. Terima Kasih!

Kalau saja mulutmu bisa kau jaga, mungkin aku bisa kembali tersenyum kepadamu, tapi bukan untuk kembali kepadamu. Sayangnya, kau tidak pernah bisa menjaga lisanmu. Seharusnya kau memahami pepatah yang mengatakan "Lidah itu lebih tajam dari pada pisau." dan "Mulutmu adalah harimaumu." supaya kau bisa belajar bagaimana memilih perkataan untuk kau ucapkan kepada berbagai orang.

Ah ya, ada satu kalimat yang membuatku ingin tertawa membaca email darimu. Kalimat dimana kau begitu yakin bahwa aku masih menyayangimu. Bagaimana kau bisa seyakin itu, Tuan? Sementara untuk melihatmu saja rasanya aku malas sekali. Huuuft.

Aku beritahu saja ya, rasa sayangku sudah kau hilangkan. Kenapa aku bilang, kau yang menghilangkan? Ya, karena semua kata-kata kasar dan kotormu yang membuat rasa sayangku dan rasa perduliku habis tak tersisa. Kau sendiri yang membuat aku pada akhirnya hilang rasa (baca: ilfil) kepadamu. Dan bukan hanya aku ternyata yang kau buat seperti itu, beberapa orang juga kau buat ilfil dan jengkel dengan segala sifat kekanak-kanakanmu. Grow Up, Dude. You're not a kid anymore!

Oh ya, kulihat kau kirim tiga email, satu email pada bulan Maret. Dan dua email pada bulan Mei. Dan aku baru membacanya di bulan Juni. Dan, emailmu masuk dalam kategori email tidak penting yang kuhapus.

Maaf ya, kalau kata-kataku agak sinis sekarang. Karena memang inilah aku yang sekarang. Well, aku tetap aku, namun dengan cara pandang hidup yang berbeda 180 derajat.

Tangisan tidak akan mengembalikan waktu, tidak akan memperbaiki keadaan, tidak akan mengubah sesuatu yang telah terjadi. Jadi buat apa kau menangis? Hanya membuatmu capai saja kan? Huh. Kenapa kau tidak bisa berpikir rasional saja sih? Hidup itu terus berjalan, untuk apa kau terus-terusan jalan ditempat yang sama tanpa hasil?

Hah, kuharap tidak akan ada email-email masuk lagi darimu, atau rasa ilfilku akan semakin menjadi-jadi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar